Ermy Kullit, yang secara mendadak masuk dalam daftar penampil Jazz Gunung Slamet, menyampaikan rasa syukurnya atas kesempatan tersebut. Baginya, musik adalah kehidupan, dan menyanyi merupakan karunia yang diberikan oleh Tuhan. Meskipun belajar secara otodidak, Ermy telah lama menjadi bagian dari acara Jazz Gunung yang menggabungkan keindahan alam pegunungan dengan irama musik jazz.
Selain Ermy Kullit, beberapa penampil lain yang turut meramaikan Jazz Gunung Slamet antara lain Cresensia Naibaho, penyanyi jazz muda dari Yogyakarta, serta grup musik seperti Borderline feat. Nita Aartsen dan Mus Mujiono. Namun, yang mencuri perhatian adalah Sal Priadi, yang diakui oleh banyak orang sebagai salah satu musisi muda yang sedang populer. Meskipun musiknya tidak berasal dari genre jazz, Sal Priadi berhasil menyita perhatian sebagai penutup acara.
Sal Priadi sendiri mengakui bahwa musiknya tidak berasal dari tradisi jazz, tetapi dalam album terbarunya, ia melakukan kolaborasi dengan musisi Gusti Irwan Wibowo yang memiliki pengalaman dalam aransemen jazz. Meskipun demikian, Sal Priadi tetap berharap agar musik Indonesia tetap menjadi bagian penting dalam kancah musik internasional. Dengan semangat dan dedikasi mereka, Jazz Gunung Slamet tahun ini menjadi bukti nyata bahwa musik adalah bahasa universal yang mampu menyatukan berbagai kalangan dan generasi.
